Batu tulis di Citapen
Hari Minggu malam tanggal 29 September 2008
dikampung halaman istri tersayang di tepian sungai Cisanggarung -
Cirebon , saya sangat gelisah . Bagaimana tidak besok pagi-pagi sekali
setelah sahur saya akan mendatangi sebuah Batu bertulis (Rock Art) yang
letaknya tepat diperbatasan Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Ciamis.
Batu bertulis ini memang kurang dikenal masyarakat, tapi rasa penasaran
saya untuk mengunjunginya begitu menggebu.
Perjalanan
ini bukan yang biasanya , karena menurut informasi bila ingin
mempersingkat perjalanan harus menyeberangi sungai yang belum ada
jembatannya, dengan kata lain saya harus menyeberangi sungai
mempergunakan rakit. daripada mempergunakan mobil yang harus memutar
melalui jalan raya Cirebon-Ciamis , membelok di Hayawang ( Sebelum
Kecamatan Kawali ) menuju Kecamatan Rancah melalui Kecamatan
Rajadesa-Ciamis.
Dengan tidak bersusah payah merayu adik ipar untuk pinjam motornya , saya akhirnya berangkat menuju Dusun Citapen Pasir , Desa Sujaya , Kecamatan Rajadesa ( Lebih dekat dari Kecamatan Rancah ) yaitu tempat Situs Citapen berada di Kabupaten Ciamis , tepat pada jam 5.30 pagi ( setelah sahur ).
Catatan :
Naskah Bujangga Manik
merupakan salah satu peninggalan dari naskah berbahasa Sunda yang
sangat berharga. Naskah ini ditulis pada DAUN NIPAH, dalam puisi naratif
berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpan
di PERPUSTAKAAN BODLEIAN di Oxford
sejak tahun 1627 ( diteliti dan di terjemahkan oleh Noorduyn tahun 1968
:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik seluruhnya
terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris
kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.
Yang menjadi tokoh dalam naskah ini adalah PRABU JAYA PAKUAN alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda yang, walaupun merupakan seorang prabu pada keraton Pakuan Pajajaran (ibu kota kerajaan, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi kota Bogor), lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Sebagai seorang resi, dia melakukan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke Jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah singgah di Bali untuk beberapa lama serta ke Pulau Sumatera. Pada akhirnya Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha sampai akhir hayatnya. Jelas sekali , dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik berasal dari jaman sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang berasal dari bahasa Arab. Penyebutan Majapahit, Malaka dan Demak Demak memungkinkan kita untuk memperkirakan bahwa naskah ini ditulis dalam akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.
Naskah
ini sangat berharga karena menggambarkan topografi pulau Jawa pada
sekitar abad ke-15. Lebih dari 450 nama tempat, gunung dan sungai
disebutkan dalam naskah. Sebagian dari nama-nama tempat tersebut masih
digunakan sampai sekarang.
Nyebrang Sungai Cijolang dengan Rakit.
Setelah
melewati Waduk Darma (Kuningan) yang pemandangannya lumayan bagus lalu
saya menuruni bukit yang bverkelok - kelok dan menerobos batas Kecamatan
CIKIJING yang merupakan wilayah Kabupaten Majalengka , jalan akhirnya
mulai menanjak dan tibalah diatas bukit yang saya lupa namanya lalu
motor saya belokan kekiri untuk untuk menuju ke Desa Cebeurung.
Didesa
cibeurung setelah tanya sana - tanya sini dan melewati jalan yang cuma
bisa dilalui motor , saya tiba ditepi sungai Cijolang yang merupakan
batas wilayah Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Ciamis. diseberang
sungai yang secara admisnistratif sudah masuk ke wilayah Kabupaten
Ciamis, jalan kembali menukik keatas menuju bukit di Dusun Citapen Pasir
Desa Sujaya.
Keadaan Kabupaten Ciamis yang berbukit - bukit.
Setiba
di Dusun Citapen saya kembali tanya-tanya tentang letak keberadaan
batutulis itu, akhirnya ditunjuk bahwa batu itu berada tepat dibawah
Pabrik penggergajian kayu . Setelah berterima kasih saya tancap gas
kembali menaiki bukit. Setelah sampai pabrik itu ..kok enggak ada orang
alias kosong melompong ( mungkin libur idul fitri ). Jalan juga sepi ,
petunjuk enggak ada.. syukur..setelah 5 menit ada penduduk lokal yang
mau antar saya ke batu itu.
tebing Barat Laut Gunung Sangkur - Ciamis.
Gambar dalam bentuk Embosh (menonjol keluar) di Batutulis Citapen (II)
Tulisan yang ada di Batutulis Citapen (III)
BATU TULIS ( ROCK ART ) CITAPEN
merupakan salah satu peninggalan dari manusia Purba jaman Pliosen Bawah
( 700.000 s/d 1.000.000 tahun yang lalu ). Arkeologi ternama dari
Belanda KROM pernah berkunjung ke situs ini pada tahun 1914.
Lalu
dari Team Balai Arkeologi Bandung yang di ketuai oleh Drs. Nanang
Saptono juga pernah menelitinya. Terakhir adalah Prof Dr.Michael Morwood
dari Departement Of Archeology & Palaenthopology , Australian New
South Wales University pernah berkunjung kesini.
Memang di wilayah Rancah - Ciamis banyak sekali peninggalan- peninggalan jaman purba diantaranya :
1.
Gigi taring manusia purba di Tambaksari , Rancah - Ciamis , dengan ciri
- ciri Otak sekitar 1.100 cc tak punya dagu dan kening ( lebih tua dari
usia fosil di Gua Pawon , Padalarang yang volume otak sudah agak besar
yaitu sekitar 1.600 cc dan sudah mempunyai dagu dan kening dan hidup
sekitar 6000 s/d 7000 tahun yang lalu ).
2. Fosil hewan Vertebrata berupa rahang dan taring dari Hippopotamus ( Kuda Nil )
3.
Peralatan Manusia Purba (Paleolitik) seperti Kapak Perimbas dan Kapak
Penetak. Kebetulan dahulu kakek saya juga pernah memiliki kapak jenis
ini dengan warna Hijau Muda (seperti Giok Korea) dan penduduk di Rancah
menyebutnya Gigi Petir yang tertinggal sewaktu menyambar Bumi .
Dengan
berkunjung ke Situs Batutulis Citapen ini, saya yang tadinya hanya
menyenangi Peninggalan-peninggalan Sunda dari Jaman Sejarah saja
sekarang juga menjadi menyenangi peninggalan jaman Prasejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar